BAB I PERTAMBANGAN
1.1 Permasalahan Lingkungan Dalam
Pembangunan Pertambangan Energi
Pembangunan industri di Indonesia berdasarkan konsepsi
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri yang mencerminkan keterpaduan dan
keterkaitan serta bertumpu pada potensi sumber daya alam dan energi. Atas dasar
ini dilakukan dua macam pendekatakan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan
regional. Pendekatan sektoral dilakukan melalui pembangunan industri dasar
sedangkan pendekatan regional dilakukan melalui pengembangan wilayah industri,
meliputi wilayah pusat pertumbuhan industri, zona industri, kawasan industri,
pemukiman industri kecil dan sentra-sentra industri kecil.
Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah usaha pembangunan
daerah yang memperhitungkan keterpaduan program sektoral seperti pertanian,
pertambangan, aspirasi masyarakat dan potensi loin dengan memperhatikan kondisi
lingkungan.
Hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi
sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang
menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak
langsung hal ini mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
makhluk hidup karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat
pencemar yang berbahaya.Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah
menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan
bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas
udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang tidak
terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya
terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran
hutan. Hasil penelitian dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan
Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran
udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor
memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC
sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi
dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut
ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi fosil terhadap manusia
dan lingkungan:
Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil
(misalnya: minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon
dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang
menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke
udara. Di udara, setengah dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia
(misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan
transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut
berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara
yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti
kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan
manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4)
yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air
di awan dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan
asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat
asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”), yang
dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau
dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan
menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam
secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk). Smog merupakan
pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3 di udara
yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri.
Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan
mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon
dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di
atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan
global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang
dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat
mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang
berasal, antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari
gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang
menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling
tinggi, juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar
1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan
jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan
mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton
Dampak Terhadap Perairan
Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan
pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak
atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau
air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran
tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Dampak Terhadap Tanah
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui,
misalnya dari pertambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan
tanah muncul terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining).
Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa
lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat
dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan selama waktu tertentu.
1.2 Cara Pengelolaan Pembangungan
Pertambangan
Sumber daya bumi ini di bidang pertambangan harus di
kembangkan semaksimal mungkin untuk tercapainya pembangunan dan untuk ini perlu
adanya survey dan evaluasi yang terintegrasi dari para ahli agar menimbulkan
keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian baik secara ekonomi maupun secara
ekologis.
Penggunaan ekologis dalam
pembangunan pertambangan sangat perlu dalam rangka meningkatkan mutu hasil
pertambangan dan untuk memperhitungkan sebelumnya pengaruh aktivitas
pembangunan pertambangan pada sumber daya dan proses alam lingkungan yang lebih
luas.
Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih luas
perlu dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan
sedapatnya evaluasi sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan
ini dapat dihindari atau dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih mudah
daripada memperbaikinya.
Dalam pemanfaatan sumber daya pertambangan yang dapat
diganti perencanaan, pengolahan dan penggunaanya harus hati-hati seefisien
mungkin. Harus tetap diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat
menikmati hasil pembangunan pertambangan ini.
1.3 Kecelakaan di Lingkungan Pertambangan
Usaha
pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaan-kecelakaan
yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh dari
tanah. Kecelakaan baik itu jatuh, tertimpa benda-benda, ledakan-ledakan maupun
akibat pencemaran atau keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan –
tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan, misalnya memakai pakaian pelindung
saat bekerja dalam pertambangan seperti topi pelindung, but, baju kerja, dan
lain–lain.
1.4 Penyehatan
Lingkungan Pertambangan, Pencemaran dan Penyakit-Penyakit Yang Mungkin Timbul
Program
Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
Contoh kegiatan yang
dapat menyehatkan lingkungan :
1)
Penyediaan Sarana Air
Bersih dan Sanitasi Dasar
2)
Pemeliharaan dan
Pengawasan Kualitas Lingkungan
3)
Pengendalian dampak
risiko lingkungan
4)
Pengembangan wilayah
sehat.
Upaya yang dilakukan dengan berbagai metode seperti
ameliorasi, penggunaan bahan organik, penggunaan mikro organisme, dan penanaman
cover crop.
1.
Ameliorasi/remediasilahan
Upaya pemberian masukan berupa kapur atau bahan organic
keatas permukaan lahan atau kedalam lubang tanam dengan tujuan untuk
memperbaiki sifat fisika, kimiawi dan biologi tanah.Ameliorasi Memiliki manfaat
sebagai berikut:
a)
Meningkatkan pH tanah sehingga mendekati
netral.
b)
Menambah unsure Ca dan Mg.
c)
Menambah ketersediaan unsure hara,
contoh N,P.
d)
Mengurangikeracunan Al, Fe danMn.
e)
Memperbaikikehidupanmikroorganisme.
2.
Penggunaan Bahan Organik
Bahan organic adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa
organic kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik
berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil
mineralisasi dan termasuk juga mikro biaheterotrofik dan ototrofik yang
terlibat dan berada didalamnya.Penggunaan bahan organic memiliki manfaat sebaga
iberikut:
a)
Stimulan terhadap granulasi tanah.
b)
Memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih remah.
c)
Meningkatkan daya tanah menahan air
sehingga drainase tidak berlebihan,kelembaban dan temperature tanah
menjadi stabil.
d)
Menetralisir daya rusak butir-butir
hujan.
e)
Menghambat erosi.
3.
Penanaman Cover Crop
Tanaman kacang-kacangan penutup tanah/ Cover Crop adalah
setiap tanaman tahunan, dua tahunan, atau tahunan tumbuh sebagai monokultur
(satu jenis tanaman tumbuh bersama-sama) atau polikultur (beberapa jenis
tanaman tumbuh bersama-sama), untuk memperbaiki berbagai kondisi yang terkait
dengan pertanian berkelanjutan.Penggunaan Cover Crop memiliki manfaat
sebagai berikut:
a)
Mengelola kesuburan tanah.
b)
Memperbaiki kualitas tanah.
c)
Memperbaiki kualitas air.
4.
Pemanfaatan Mikro organisme.
Fungi atau jamur merupakan salah satu mikro organisme yang
secara umum mendominasi (hidup) dalam ekosistem tanah.Mikro organism ini
dicirikan dengan miselium berbenang yang tersusun dari hifa individual.Saat ini
beberapa jenis fungi telah dimanfaatkan untuk mengembalikan kualitas/kesuburan
tanah. Hal ini karena secara umum fungi mampu menguraikan bahan organic dan
membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral yang dilepas akan
diambil oleh tanaman.
Penambangan dapat menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang
serius seperti kebakaran-kebakaran, ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galian
yang rubuh yang dapat menimbulkan dampak pada orang-orang yang bermukim di
komunitas sekitar tambang. Dampak dan bahaya yang mengancam kesehatan masih
juga dirasakan di tempat-tempat bekas daerah yang pernah ditambang, karena
orang-orang dapat terpapar limbah tambang dan bahan-bahan kimia yang masih
melekat di tanah dan di air. Pertambangan mengancam kesehatan dengan berbagai
cara:
1.
Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun,
logam-logam berat dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan
gangguan kesehatan sepanjang hidup mereka. Kerusakan paru-paru yang diakibatkan
debu dari batuan dan mineral adalah suatu masalah kesehatan yang banyak
ditemukan. Debu yang paling berbahaya datang dari batubara, yang menyebabkan
penyakit paru-paru hitam (black lung diseases).Di samping itu debu dari
silika menyebabkan silikosis (silicosis).Gejala-gejala
paru-paru yang rusak. Debu dari pertambangan dapat membuat sulit
bernapas.Jumlah debu yang banyak menyebabkan paru-paru dipenuhi cairan dan
membengkak.Tanda-tanda dari kerusakan paru-paru akibat terpapar debu antara
lain:
a)
Napas pendek, batuk-batuk,
napas yang berdesah.
b)
Batuk-batuk yang mengeluarkan
dahak kuning atau hijau (lender dari paru-paru).
c)
Sakit leher.
d)
Kuli tmembiru dekat kuping
atau bibir.
e)
Sakit dada.
f)
Tidak ada nafsu makan.
g)
Rasa lelah.
2.
Mengangkat peralatan berat dan
bekerja dengan posisi tubuh yang janggal dapat menyebabkan luka-luka pada
tangan, kaki, dan punggung.
3.
Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat
menyebabkan kerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapat
menimbulkan kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat berbahaya
seperti gangrene, bisa mengakibatkan kematian.
4.
Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat
menyebabkan masalah pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran.
5.
Jam kerja yang lama di bawah
tanah dengan cahaya yang redup dapat merusak penglihatan.
6.
Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa
minum air yang cukup dapat menyebabkan stress kepanasan.Gejala-gejala dari
stress kepanasan berupa pusing-pusing, lemah, dan detak jantung yang cepat,
kehausan yang sangat, dan jatuh pingsan.
7.
Pencemaran air dan penggunaan sumber
daya air berlebihan dapat menyebabkan banyak masalah-masalah kesehatan.
8.
Lahan dan tanah menjadi rusak, menyebabkan
kesulitan pangan dan kelaparan.
9.
Pencemaran udara dari
pembangkit listrik dan pabrik-pabrik peleburan yang dibangun dekat dengan
daerah pertambangan dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang serius.
BAB
II INDUSTRI
2.1 Masalah Lingkungan Dalam Pembangunan
Industri
Pertambahan
penduduk yang cepat mempunyai implikasi pada berbagai bidang. Bertambahnya
penduduk yang cepat ini mengakibatkan tekanan pada sektor penyediaan fasilitas
tenaga kerja yang tidak mungkin dapat ditampung dari sektor pertanian. Maka
untuk perluasan kesempatan kerja, sektor industri perlu ditingakatkan baik
secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan secara bertahap di berbagai
bidang industri akan menyebabkan secara beransur-ansur tidak akan lagi
tergantung kepada hasil produksi luar negeri dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Walau
telah ditentukan oleh pemerintah bahwa dalam peningkatan pembangunan industri
hendaknya jangan sampai membawa akibat rusaknya lingkungan hidup, dalam
kenyataannya yang lebih banyak diperhatikan dalam pendirian industri sekarang
adalah keuntungan-keuntungan dari hasil produksinya. Sedikit sekali perhatian
terhadap masalah lingkungan, sehingga pendirian industri tersebut akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan oleh hasil pembuangan limbah industri yang
kadang-kadang diabaikan.
Oleh
karena itu perlu adanya perencanaan yang matang pada setiap pembangunan
industri agar dapat diperhitungkan sebelumnya segala pengaruh aktivitas
pembangunan industri tersebut terhadap lingkunganyang lebih luas. Dalam
mengambil keputusan pendirian suatu perindustrian, selain keuntungan yang akan
diperoleh harus pula secara hati-hati dipertimbangkan kelestarian lingkungan.
Berikut ini ada beberapa perinsip yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
proyek industri terhadap lingkungan sekitarnya :
1) Evaluasi
pengaruh sosial ekonomi dan ekologi baik secara umum maupun khusus.
2) Penelitian
dan pengawasan lingkungan baik untuk jangkapendek maupun jangka panjang. Dari
sini akan didapatkan informasi mengenai jenis perindustrian yang cocok dan
menguntungkan.
3) Survey
mengenai pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul pada lingkungan.
4) Berdasarkan
petunjuk-petunjuk ekologi dibuat formulasi mengenai kriteria analisa biaya,
keuntungan proyek, rancangan bentuk proyek dan pengelolaan proyek.
5) Bila
penduduk setempat terpaksa mendapat pengaruh negatif dari pembangunan proyek
industri ini, maka buatlah pembangunan alternatif atau dicarikan jalan untuk
kompensasi kerugian sepenuhnya.
Yang dimaksud dengan
idustri adalah pengelolaan bahan baku menjadibahan jadi atau setengan jadi. Dan
dalam pelaksanaannya mulai dari bahan baku, proses pengolahan maupun hasil
akhir yang berupa hasil produksi dan hasil buangannya (sampah) banyak di antaranya
terdiri dari bahan-bahan yang dapat mencemari lingkungan seperti bahan logam,
bahan organis, bahan korosif, bahan-bahan gas dan lain-lain bahan yang
berbahaya baik untuk pekerja maupun masyarakat di sekitar proyek.
2.2 Keracunan Bahan Logam/Metaloid Pada Industrialisasi
Banyak
Industri-industri yang dibangun oleh pemerintah kita untuk menyokong
perekonomian Indonesia, namun dalam pembangunannya pemerintah dan pihak
pengembang tidak memperhatikan lingkungan tempat dimana industri tersebut
dibangun, sehingga banyak sekali lingkungan-lingkungan sekitar proyek
perindustrian tersebut menjadi rusak parah, ini akibat tidak bertanggung
jawabnya pemerintah dalam memperhatikan kelestarian lingkungan.
Beberapa contoh
keracunan logam/metalloid:
1. Keracunan
oleh timah hitam
Keracunan timah hitam ini terjadi dalam
dua bentuk;
Keracunan oleh timah hitam dan
persenyawaan-persenyawaan anorganisnya, seperti “putih timah hitam”Keracunan
karena pengolahan persenyawaan-persenyawaan organis hitam, seperti TEL
(tetra-etli-timah)
2. Keracunan
air raksa (Hg)
Bentuk keracunan air raksa ini dapat terjadi:
·
Sebagai air raksa cair atau uapnya
·
Sebagai akibat kontak kulit dengan
persenyawaan Hg-fulmitat
·
Sebagai perseyawaan air raksa
3. Keracunan
Arsen
Gejala yang timbul pada keracunan Arsen
tidak sama, tergantung kepada jenis persenyawaannya. Bila:
·
Menghisap atau kontak dengan debu
persenyawaannya arsen anorganik gejalanya setempat akibat terjadinya rangsangan
pada kulit atau selaput lender
·
Menghisap persenyawaan-persenyawaan
arsen dan zat cair bisa mengakibatkan hancurnya sel-sel sehingga bias
menimbulkan kekurangan darah
·
Kontak dengan persenyawaan-persenyawaan
arsen organic bisa mengakibatkan local atau sistematik pada tubuh
4. Keracunan
fosfor
Yang beracun terutama adalah fosfor
putih. Dan ini banyak dipergunakan sebagai bahan pembuatan racun tikus, racun
serangga, pembuatan pupuk, pembuatan mercon dan kembang api.
Akibat keracunan fosfor sangat
kompleks bias menimbulkan kerusakan pada hati, ginjal, tulang, saluran
pencernaan, perdarahan-perdarahan dan bila terhirup ke paru-paru bias
menimbulkan oedema dan kerusakan paru.
2.3
Keracunan Bahan Organis
Pada Industrialisasi
Pencemaran
terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas masuk lingkungan
hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan, Sumber bahan beracun dan
berbahaya dapat diklasifikasikan:
1. industri
kimia organik maupun anorganik
2. penggunaan
bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan penolong
3. peristiwa
kimia-fisika, biologi dalam pabrik.
Lingkungan
sebagai badan penerima akan menyerap bahan tersebut sesuai dengan kemampuan.
Sebagai badan penerima adalah udara, permukaan tanah, air sungai, danau dan
lautan yang masingmasing mempunyai karakteristik berbeda.
Air
di suatu waktu dan tempat tertentu berbeda karakteristiknya dengan air pada
tempat yang sama dengan waktu yang berbeda,Air berbeda karakteristiknya akibat
peristiwa alami serta pengaruh faktor lain.
Kemampuan
lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar disebut
daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan antara tempat satu dengan tempat
yang lain berbeda, Komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya turut
menetapkan nilai daya dukung.
Bahan
pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan bereaksi dengan satu atau lebih
komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara fisika, kimia dan
biologis sebagai akibat dari bahan pencemar, membawa perubahan nilai lingkungan
yangdisebut perobahan kualitas.
Limbah
yang mengandung bahan pencemar akan merubah kualitas lingkungan bila lingkungan
tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada
padanya, Oleh karena itu penting diketahui sifat limbah dan komponen bahan
pencemar yang terkandung.
Pada
beberapa daerah di Indonesia sudah ditetapkan nilai kualitas limbah air dan udara.
Namun baru sebagian kecil. sedangkan kualitas lingkungan belum ditetapkan.
Perlunya penetapan kualitas lingkungan mengingat program industrialisasi
sebagai salah satu sektor yang memerankan andil besar terhadap perekonomlan dan
kemakmuran bagi suatu bangsa.
penggunaan
air yang berlebihan, sistem pembuangan yang belum memenuhi syarat, karyawan
yang tidak terampil, adalah faktor yang harus dipertimbangkan dalam
mengidentifikasikan sumber pencemar.
Produk
akhir, seperti pembungkusan, pengamanan tabung dan kotak, sistem pengangkutan,
penyimpanan, pemakaian dengan aturan dan persyaratan yang tidak memenuhi
ketentuan merupakan sumber pencemar juga.
2.4
Perlindungan Masyarakat
Sekitar Perusahaan Industri
Masyarakat
sekitar perusahaan industri harus di lindungi dari pengaruh-pengaruh buruk yang
mungkin ditimbulkan oleh industrilisasi dari kemungkinan pengotoran udara, air
makanan, tempat sektar dan lain-lain oleh sampah, air bekas dan udara dari
perusahaan-perusahaan industri.
Semua
perusahaan industri harus memperhatikan kemungknan adanya pencemaran
lingkungan, dimana segala macam hasil buangan sebelum di buang harus
betul-betul bebas dari bahan yang bisa meracuni.
Untuk
maksud tersebut sebelum bahan-bahan tadi keluar dari suatu industri harus
diolah dahulu melalui prose pengolahan. Cara pengolahan ini tergantung dari
bahan apa yang di keluarkan. Bila gas atau ua beracun bisa dengan cara
pembakaran atau dengan cara pencucian melalui peroses kimia sehingga gas/uap
yag keluar bebas dar bahan-bahan yabg berbahaya, Untuk udara dann air buangan
yang mengandung partikel/ bahan-bahan beracun, bisa dengan cara pengendapan,
penyaringan atau secara reaksi kimia sehigga bahan yang keluar tersebut menjadi
bebas dari baha-bahan yang berbahaya.
·
Pemilihan cara ini umumnya didasarkan
atas faktor-faktor:
·
Bahaya tidaknya bahan-bahan buangan
tersebut.
·
Besarnya biaya agar secara ekomomi tidak
merugikan perusahaan.
·
Derajat efektifnya cara yang di pakai
·
Komdisi lingkuangan sekitar.
Selain
oleh bahan-bahan buangan, masyarakat juga harus melindungi dari bahaya-bahaya
oleh karena produk-produknya sendiri dar suatu industri. Dalam hal ini pihak
konsumen harus di hindarkan dari kemungkinan keracunan atau terkenenya penyakit
oleh hasil dari produksi. Karena inu sebelum dikeluarkan dari perusahaan
produk-produk ini perlu pengujian terlebih dahulu secara seksama dan teliti
apahan tidak akan merugikan manyarakat.
Perlindungan
masyarakat dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk
industri adalah tugas wewenang Departemen Perindustrian, PUTL, kesehatan dan
lain-lain. Dalam hal ini Lembaga Konsumen Nsional akan sangat membantu
masyarakat dari bahaya-bahaya ketidakstabiln hail-hasil produksi khususnya bagi
para konsumen umunnya bagi kepentingan manyarakat.
Selain
itu, pengetahuan tentang keselamatan kerja mengenai pencegahan dan sebab-sebab
terjadinya kecelakaan merupaka hal yang tidak kalah penting dalam hal
melindungi masnyarakat dari bahaya yang di hasilkan di lingkungan industri, hal
tersebut adalah sebagai berikut,
a) Pencegahan
merupakan cara yang paling efektif
Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan
kerja yaitu : perilaku yang
tidak
aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari
Biro
Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai
saat
ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut,
1) sembrono
dan tidak hati-hati
2) tidak mematuhi peraturan
3) tidak
mengikuti standar prosedur kerja.
4) tidak
memakai alat pelindung diri
5) kondisi
badan yang lemah
Persentase
penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan lingkungan atau
peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak
aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan
menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas.
b) Sebab-Sebab
terjadinya Kecelakaan
Suatu
kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan oleh lebih dari satu sebab.
Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan halhal yang menyebabkan kecelakan
tersebut. Ada dua sebab utama terjadinya suatu kecelakaan. Pertama, tindakan
yang tidak aman. Kedua, kondisi kerja yang tidak aman. Orang yang mendapat
kecelakaan luka-luka sering kali disebabkan oleh orang lain atau karena
tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan. Berikut beberapa contoh
tindakan yang tidak aman, antara lain:
1) Memakai
peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat
2) Memakai
alat atau peralatan dengan cara yang salah
3) Tanpa
memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman, sarung tangan
atau pelindung kepala jika pekerjaan tersebut memerlukannya
4) Bersendang
gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau alat
perlengkapan lainnya.
5) Sikap
tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya di tenpat
kerja
6) Membuat
gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau mengizinkan orang lain
mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut belum mengetahui pekerjaan
tersebut.
2.5
Analisis Dampak
Lingkungan Perusahaan Industri
Analisa
dampak lingkungan atau yang biasa disingkat AMDAL adalah salah satu studi yang
mengidentifikasi, mempredikasi, menginterpretasi dan mengkomunikasi pengaruh
dari suatu kegiatan manusia, khususnya suatu proyek pembangunan fisik, terhadap
lingkungan.
Tujuan
dilaksanakan AMDAL adalah untuk memperkecil pengaruh negatif atau pengaruh
positif dari kegiatan manusia terhadap lingkungan .
Dalam
pelaksanaannya sebaiknya digunakan metodologi AMDAL yang tepat. Pendekatan yang
terlalu sulit atau terlalu sederhana sebaiknya dihindarkan.
Faktor
waktu dalam AMDAL
Waktu
yang diperlukan untuk penyusunan AMDAL sangat berbeda, untuk proyek yang
penting sering kali diperlukan data sekitar 2 – 3 tahun. Sedangkan untuk
penyusunan laporan biasanya memakan waktu tergantung pada besar kecilnya
proyek, dapat 18 – 24 bulan, tetapi dapat juga pendek 3 – 6 bulan atau sangat
panjang lebih dari 2 tahun.
Prosedur
administratif AMDAL
Kerangka
administratif pelaksanaan AMDAL yang akan dijelaskan adalah kerangka umum yang
dapat dikembangkan dan diterapkan menurut spesifikasi tata pengaturan setiap
Negara. Prosedur tersebut dapat digunakan dalam bentuk yang paling sederhana
tetapi juga dapat dikembangkan lebih luas.
Pelaku
dalam kegiatan AMDAL
Para
pelaku yang berperan dalam kegiatan AMDAL, yang terdiri dari pengambil
keputusan, penilai, pelaksana proyek, penelaan, instansi – instansi pemerintah
yang berkepentingan terhadap proyek, tim penasehat ahli, masyarakat dan badan –
badan internasional.
2.6 Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup terhadap
Pembangunan Industri
Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan
tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akhirnya akan
mengancam semua penduduk di negara-negara Dunia Ketiga. Secara umum pertumbuhan
ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan output barang atau jasa yang
dihasilkan dalam aktivitas ekonomi suatu kelompok masyarakat dalam periode
waktu tertentu. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi dilaksanakan berbagai kegiatan
pembangunan.
Kegiatan Pembangunan merupakan upaya
mengkombinasikan kemampuan, sumberdaya, dan aset dalam paket tertentu
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh hasil atau nilai tambah yang lebih
baik. Dalam menggunakan sumberdaya tersebut, lebih-lebih untuk sumber daya
alam, ada batas-batas tertentu yang tidak dapat dilampaui. Batas-batas ini
disebut sebagai nilai kritis atau ambang keberlanjutan (sustainability
threshold) dari sumber daya yang bersangkutan. Apabila eksploitasi suatu sumber
daya alam melebihi nilai kritisnya akan mengakibatkan keberlanjutan produksi
sumber daya alam yang bersangkutan terhambat dan keseimbangan lingkungan
terganggu.
Dalam upaya melawan tekanan eksternal,
maka suatu ekosistem akan mengadakan respon dalam bentuk proses non linear dan
tidak mudah diukur secara kuantitatif. Respon ini dapat dalam bentuk berubahnya
ekosistem lingkungan hidup, dapat pula dalam bentuk berubahnya kualitas atau
kuantitas dari lingkungan hidup tersebut. Untuk mengukur perubahan kuantitas
dan kualitas lingkungan ini, yang lebih praktis dan bijaksana adalah dengan
menggunakan ukuran dampak lingkungan hidup (environmental impact) terhadap
ekosistem dari pelaku pemerosotan eksternal sumberdaya alam tertentu sebagai
suatu indeks kualitas lingkungan hidup.
Manusia tergantung pada ekosfer tidak
hanya karena keperluan biologisnya semata (misalnya keperluan oksigen, air,
makanan dan sebagainya), tetapi juga untuk aktivitas produktifnya yang
berlangsung sebagai upaya mengejar pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia secara kontinyu. Jadi manusia dalam aktivitasnya
cenderung menimbulkan dampak pada lingkungannya.
Kemerosotan lingkungan hidup dapat
terjadi karena pengaruh dari luar sistem, yaitu adanya tekanan terhadap
ekosistem yang menimbulkan dampak lingkungan sehingga mengurangi kemampuannya
untuk menyesuaikan diri. Jika tekanan itu berlanjut maka dalam jangka waktu
tertentu ekosistem yang bersangkutan dapat berubah atau bahkan bisa pula
menjadi hancur dan menghilang. Beberapa dari kemerosotan (kerusakan) lingkungan
hidup yang timbul bersifat dapat dipulihkan kembali kepada keadaannya semula
(reversible), namun adapula kerusakan yang sifatnya permanent, sehingga tidak
dapat dikembalikan lagi kepada keadaan yang semula (irreversible), keadaan
demikian ini berarti manfaat lingkungan akan rusak untuk selamanya.
Daftar
Pustaka
Santoso Budi, 1999,
“Ilmu Lingkungan Industri”, Universitas Gunadarma, Jakarta.
http://kandiwa.blogspot.co.id/2010/12/industri.html
https://sitfamz.wordpress.com/2013/01/19/analisis-dampak-lingkungan-dalam-pembangunan-industri/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar